Tidak lengkap rasanya kalau datang ke daerah Palopo
– Masamba kalo belum mencicipi Kapurung. Makanan kegemaran orang Luwu
ini diolah dari bahan utama sagu dicampur jantung pisang, ikan, bayam,
daun kacang dan kangkung. Pedas dan gurih mendominasi rasa masakan. Yang
unik dari kapurung adalah campuran asam patikala yang memberikan
sensasi asem-asem segar . Setiap tamu yang berkunjung ke daerah ini disuguhi
makanan khas Kapurung.Setelah mengikuti perjalanan ini , saya baru tau
kalau ternyata ada 2 jenis kapurung. Kapurung di Masamba berbeda dengan
kapurung Palopo yang saya kenal selama ini. Kapurung palopo banyak di
jual di Rumah Makan khas Palopo di Makasar. Wujudnya mirip bubur
tinutuan Menado yang full sayuran dan cacahan ikan / ayam hanya berasnya
di ganti dengan olahan sagu yg dibentuk bulat-bulat. Semuanya di campur
jadi satu dalam satu mangkok . Kapurung Palopo bumbunya di campur
dengan sedikit kacang goreng sangrai .
Bedanya kapurung Masamba dengan kapurung
Palopo adalah di cara penyajiannya. Di Masamba , adonan sagu terpisah
dengan sayur dan lauknya. Bumbunya less kacang more sambel…hehehe. Dalam
trip ini, atas petunjuk orang2 di kantor Bupati Luwu Utara, kami mampir
ke warung makan “Rahmat”yang khusus menyediakan makanan khas kapurung
Masamba. Di Masamba , kapurung mempunya nama lain yaitu Pugalu. Warungnya
kecil, berteduh di bawah pohon mangga dan dari depan sepi seperti tanpa
pengunjung padahal jam menunjukkan pukul 11.50. Mungkin karena sebentar
lagi Jum’atan …
Karena tidak ada tanda-tanda bakal muncul
yang punya warung, saya langsung masuk kedalam lurus ke dapur belakang.
Ternyata di dapur belakang kesibukan terlihat. Beberapa orang sedang
mengaduk sagu, mengulek sambel dan memetik sayuran. Terlihat juga
pembeli yang lewat pintu belakang sabar menunggu pesanan mereka . Rata-
rata bawa rantang atau termos nasi ukuran kecil. Wah, ternyata
pelanggannya pada ngumpul di dapur belakang. Si Ibu yg punya warung
tersenyum ketika saya menanyakan warungnya di depan kok ga ada yg
jagain. Kata si ibu warung pembeli biasanya memang langsung ke dapur
untuk memesan ,yang mo pesan bawa pulang langsung lewat belakang saja. Pugalu hari
itu menyediakan menu dengan lauk ikan bandeng bakar atau ayam kampung
goreng. Si Ibu merekomendasikan lauk ayam kampung saja, empuk katanya..
okelah kita cobain pake ayam kampung . Selang beberapa menit, pesanan
kami datang di iringi tatapan heran dari saya da teman-teman. Heran,
karena sayuran dan ayam di jadikan satu piring sementara sagunya di
pisah di mangkok. Biasanya yang kapurung yang kami makan semuanya di
campur dalam satu mangkuk. Isian sayur kali ini terdiri dari daun
kacang, kacang panjang, irisan rebung, mangga muda, dan jagung pipil.
Mantapss..!
Oya, di warung ini jangan sampe salah membedakan
ceret cuci tangan dan ceret air minum. Ceret cuci tangan di lengkapi
label “cuci tangan ” dan diletakkan diatas wadah penampungan air cuci
tangan. Di meja juga tersedia pisang burung-burung ( kami menyebutkannya
begitu karena bentuknya kecil-kecil mirip burung gereja) yang bisa di
makan sebage appetizer klo kelamaan nunggu pesanan atau dessert setelah
menyantap kapurung …hehehe..
Akhirnya setelah puas menghirup kapurung
..slrrrppp..sslllrrpp , di hirup lho bukan dimakan..! Ini salah satu
tips makan kapurung, jangn di kunyah langsung di telan aja , sagunya kan
licin langsung di telan meluncur ke tenggorokan ,
kami siap-siap melanjutkan perjalanan ke Belopa- kota kecamatan di
Palopo. Total kerusakan di warung Rahmat hanya 40 ribu rupiah untuk 4
porsi Kapurung ayam kampung plus semangkuk sambel plus pisang burung2
plus es batu 4 gelas ( soft drinknya bawa sendiri dari bekal logistik).
Lumayannn…
Sumber: www.Luwuraya.com
0 komentar:
Posting Komentar